Masjid Kalipasir merupakan bukti akulturasi dan kerukunan masyarakat Tangerang. Masjid yang sudah ada sejak abad ke-17 itu pertama kali didirikan oleh Tumenggung Pamit Wijaya dari Kahuripan Bogor. Usaha pendirian masjid tidak hanya melibatkan warga pribumi muslim karena masyarakat Tionghoa yang tinggal di sekitar masjid juga turut memberikan bantuan.
Meski telah mengalami beberapa kali renovasi, bentuk asli Masjid Kalipasir masih dipertahankan hingga saat ini. Jadi pengunjung dapat mengamati arsitektur masjid yang sebenarnya. Gaya bangunan masjid yang terletak di dekat Sungai Cisadane itu menunjukkan kerukunan serta akulturasi budaya lokal, Arab, dan Cina. Kombinasi bangunan pribumi dan Tionghoa tampak jelas pada bentuk menara masjid yang mirip pagoda di Tiongkok. Menara tersebut berangka tahun 1615.
Perpaduan arsitektur juga tampak pada
puncak kubah masjid berwarna emas, warna khas budaya Cina. Sisi menarik
lain yang mudah diamati di Masjid Kalipasir adalah tiang atau soko guru
yang masih asli seperti saat pertama kali dibangun. Karena sudah lapuk,
tiang yang terbuat dari kayu itu diperkuat dengan besi sebagai
penyangga.